Stop Berpolemik, Pasca AFF 2024. Kita Fokus Lolos Piala Dunia 2026.
Catatan Kopilogis Olahraga
Oleh : Dedy Rohman *)
Kontroversi turnamen sepakbola regional AFF2024 mulai menguak sejak sebelum turnamen ini digelar. Federasi sepakbola Indonesia yakni PSSI bersama coach STY bersepakat mengirimkan timnas u-22 ke piala AFF 2024. Hal ini didasarkan pada dua hal yakni pembinaan usia muda dalam persiapan skuad di Sea Games 2025 dan memberikan jam terbang internasional kepada skuad muda tersebut.
Maka sudah pas nampaknya jika federasi hanya memberikan target untuk posisi terbaik bagi timnas u22 yang bermain di lever senior macam piala AFF 2024. Dengan persiapan kurang lebih 2 minggu jelang bergulirnya AFF 2024 tim kepelatihan yang dikomandani oleh STY melakukan training camp di Bali, serta melakukan sekali ujicoba dengan bali united.
Timnas AFF 2024 ini berada di grup B bersama vietnam, Philipina, myanmar dan laos. Dari semua kontestan di grup ini terlihat skuad Vietnam yang paling serius guna meraih hasil terbaik bagi mereka pasca tersingkir dari kualifikasi piala dunia ronde ke-2. Mereka melakukan TC di korea dengan skuad senior dan junior terbaik. Bersama pelatih baru dari korea kim jik sok punggawa Vietnam dipimpin oleh captain tim nguyen quang hai. Tidak terkecuali tim lainnya semacam Philipina, Myanmar dan Laos pun mereka menyiapkan skuad senior mereka.
Perdebatan dan polemik muncul ketika secara sejarah timnas Indonesia sebagai pelopor piala AFF yang dulu dikenal piala Tiger belum pernah sekalipun meraih hasil terbaik sebagai juara. Dikirimnya timnas u22 oleh PSSI ini juga banyak disebabkan oleh piala AFF ini tidak atau belum masuk dalam kalender FIFA sehingga tentu bakal menyulitkan pemanggilan pemain pemain yang dibutuhkan oleh tim kepelatihan STY. Bahkan untuk sekedar memanggil pemain Abroad yang masuk dalam kualifikasi pemain u22 semacam ivar jenner dan Hubner federasi nampak tidak mampu meyakinkan klub.
Dengan skuad seadanya ini sudah tentu menambah pekerjaan rumah bagi coach STY dalam meramu taktik permainan. Meskipun disebutkan oleh beberapa analis sepakbola nasional bahwa timnas AFF 2024 ini diisi oleh pemain yang secara reguler relatif telah banyak mendapatkan jam terbang di klub nya masing masing. Kekhawatiran ini semakin terbukti saat timnas mengawali turnamen dimatch pertama menghadapi Myanmar. Meski meraih hasil positif dengan kemenangan namun terlihat skema permainan, aliran bola, compact line bahkan kordinasi antar lini masih terlihat gagap.
Kekhawatiran akan performa timnas aff 2024 ini semakin menjadi saat match kedua menghadapi tamunya Laos, timnas hanya mampu bermain imbang. Selang tiga hari pasca game kedua tersebut timnas “dipaksa” melakoni laga away ke vietnam. Kondisi ini sempat dikeluhkan oleh STY bahwa jadwal turnamen sepertinya berpotensi “membunuh pemain”. Dalam game ketiga tersebut meski tidak diperkuat oleh Marselino Ferdinan akibat terkena kartu merah saat melawan Laos, syukurnya secara permainan timnas mampu menahan imbang vietnam hingga menit 74. Bahkan pernyataan STY ini terkesan dijawab oleh erick thohir dengan menyatakan kita jangan banyak mengeluh jalani saja dengan apa yang ada.
Adu statemen dan performasi Tiga game awal timnas di AFF 2024 ini semakin menimbulkan polemik dikalangan penonton, pengamat sepakbola nasional. Ada yang menilai bahwa STY terlalu banyak eksperimen, STY tidak mampu menaikan atau meracik strategi sesuai kapasitas pemain, STY hanya jago jika ditopang oleh skuad diaspora, federasi terlalu ambigu terhadap “piala ciki”, federasi meremehkan AFF 2024, atau yang membela timnas-STY. Persiapan yang pendek, kapasitas pemain seadanya, chemistry, kemampuan dasar yang sulit di upgrade dalam waktu singkat.
Polemik dan perdebatan soal timnas AFF2024 ini semakin tajam ketika di game penentuan timnas Indonesia takluk di kandang dari timnas senior Philipina dengan skor 1-0. Terlebih federasi yang biasanya selalu repsonsif menanggapi issue yang beredar ini nampak tenggelam bahkan “ikut” berselancar dalam issue ini. Tak terelakan tagar STYOUT menggema di dunia maya dan lini masa.
Melihat keadaan ini saya sebagai penonton bola yang sportif dan dewasa harus menarik kembali kepada tujuan awal dari PSSI kenapa timnas AFF u22 disertakan dalam kompetisi regional ini guna menghadapi para lawan senior mereka di turnamen kali ini.
Sehingga kita tidak meracau kemana mana terkait kegagalan timnas di piala AFF2024 ini. Dengan jomplang nya kualitas timnas senior ABROAD DIASPORA di ronde 3 kualifikasi piala dunia 2026 dengan timnas AFF 2024 seharusnya ini menjadi evaluasi khusus kepada PSSI bahwa pembinaan usia muda kita harus semakin digalakkan. Sehingga timnas indonesia tidak hanya melulu andalkan pemain diaspora.
Dan secara positif dari timnas AFF2024 ini kita sebagai penonton mampu melihat sesiapa saja yang sekiranya bisa bersaing dengan pemain timnas senior mereka. Pemain seperti kadek arel, Doni Tri pamungkas dan Dethan patut untuk dicoba. Pun demikian pemain pemain yang underperform harus diikuti evaluasi. Dan jangan lupa bahwa mereka adalah produk lokal liga dan pembinaan kita. Dengan massif meluasnya liga kelompok umur yang berjalan rutin di seluruh indonesia tentu akan memberikan database serta pilihan yang rasional bagi tim kepelatihan dalam meracik susunan pemain.
Sebagai penonton bola yang sportif dan dewasa kita harus dukung terus timnas sepakbola kita, Sudah kita lupakan AFF2024 dengan segala evaluasinya secara positif terarah. Persaingan kualifikasi ronde ke-3 sudah semakin dekat dengan sisa 4 game lagi timnas masih mampu bersaing dengan timnas “gerot” lain di grup c. Federasi harus lebih fokus memberikan support bagaimana melengkapi dan menutup kelemahan timnas yang ada entah dengan cara apapun sehingga kesempatan untuk ke piala dunia 2026 ini tidak terlewatkan begitu saja.
Pertandingan away ke Australia dan home melawan bahrain pada maret 2025 ini menjadi kunci dalam menjaga asa timnas kepiala dunia. Federasi, tim pelatih dan para netizen/penonton bola harus terus memberikan dukungan positif. Sehingga para pemain timnas mampu secara rutin mendapatkan menit bermain sehingga menjaga kemampuan dan kebugaran mereka saat pertandingan pada bulan maret nanti.
Secara peluang nilai timnas di grup C ini dari 4 game tersisa tentu target meraih minimal 7 point harus terus secara ketat diusahakan secara maksimal oleh federas, tim pelatih, pemain disertai dukungan yang sportif dewasa dari penonton netizen timnas kita.
STY pun harus selalu kita ingatkan untuk tidak lagi berkeksperimen dalam menentukan starting eleven, sebab dari 6 game yang sudah dilalui seharunya STY sudah bisa menentukan siapa the winning eleven dari timnas senior kita ini. Jikapun ada penambahan pemain diaspora nantinya tentu secara psikologis, chemistry, pola permainan jangan sampai mengganggu winning eleven yang sudah ada. Atau memang timnas dan PSSI harus mencoba lagi untuk piala dunia 2030. Jangan hilang momentum ya gaess...!
*) Penonton Bola-CEO Monologis Grups