Balada Sebuah Lagu dan COVID-19

Balada Sebuah Lagu dan COVID-19

Oleh: Rudi S Kamri*

Berapa ratus juta Sang Mantan harus mengeluarkan uang untuk merekam dan memproduksi video klip lagu "Cahaya Dalam Kegelapan"? Dengan komposer dan artis penyanyi Indonesia papan atas, mungkinkah semua seniman musik dan penyanyi itu dibayar Rp 0,- alias gratis untuk menggarap lagu yang kualitasnya biasa banget itu? Mungkin saja, ini kan untuk tujuan sosial, kata beberapa orang. Bisa jadi. Tapi entah mengapa saya tidak percaya.

Saya sudah 17,5 kali memutar video klip lagu "Cahaya Dalam Kegelapan". Saya yang biasanya mudah tersentuh ingin mencari sesuatu inspirasi atau semangat melalui lagu itu. Tapi entahlah saya tidak menemukan apapun dari lagu itu. Yang terpapar kuat di otakku hanya wajah imut menggemaskan dari Yuni Shara semata.

Mungkinkah ada yang salah dengan saya? Makanya saya minta beberapa teman-teman untuk mendengar lagu ini. Dan hasilnya 99,9% komentarnya Yuni Shara keren dan tambah cantik bla bla bla. Hoooiiiiii kesan terhadap lagunya, bukan penyanyinya.... Ada temanku malah suaranya di-silent dia asyik menikmati kecantikan Yuni Shara, Joy Tobing, Ita Purnamasari dan Lala Karmela. Gak sopan mereka.

Harus saya katakan dengan kerendahan hati, Sang Mantan telah kembali gagal menyampaikan maksud dan tujuan dalam membuat sebuah lagu. Lagu itu terlalu biasa. Kurang unsur estika dalam musikalitasnya. Dan liriknya pun, seperti puisi anak SD di pinggiran kampungku. Dia seperti sedang onani spritual, asyik dengan diri sendiri sambil membangun drama halusinasi. Diciptakan sendiri, dinikmati sendiri dan kemudian dibangga- banggakan sendiri. Dia memanfaatkan bencana COVID-19 untuk menggelar panggung buat dirinya sendiri.

Saya iseng membayangkan, andai saja uang untuk memproduksi lagu dan video klip itu dibelikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medis yang sedang berjibaku di garda depan menangani pasien yang terpapar COVID-19 atau paket sembako bagi saudara kita yang terdampak dan membutuhkan, saya yakin akan jauh bermakna dan bermanfaat. Saya meyakini hal itu.

Ada teman saya bilang, mungkin saja keluarga Sang Mantan diam-diam sudah menyumbang sejuta APD dan sepuluh juta paket sembako, tapi tidak mau diekspose. Mereka kan keluarga yang rendah hati. Mungkin saja.

Tapi entah mengapa saya tidak percaya kedua hal itu dimiliki oleh keluarga sang Mantan.

Cahaya Sang Mantan masih terlihat di gelap di mataku...... entah mengapa.

*Pemerhati Sosial Politik