Buka Kongres XXVII PFI, Arinal Ingin Kualitas dan Kuantitas Komoditas Lampung Ditingkatkan
BANDARLAMPUNG - Gubernur
Lampung Arinal Djunaidi membuka Seminar Ilmiah dan Kongres XXVII Perhimpunan
Fitopatologi Indonesia (PFI) dengan tema "Modern Plant Pathology For
Sustainable Agriculture", di Ballroom Hotel Horison Lampung, Kamis (27/7/2023).
Arinal menyampaikan, Lampung memiliki berbagai komoditas
perkebunan, pangan, dan hortikultura yang memberikan kontribusi besar bagi Indonesia.
Tebu, lada, kakao, sawit, pisang, nanas, singkong, jagung, padi dan sayur mayor.
"Pengelolaan komoditas-komoditas ini perlu ditingkatkan
agar kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan meningkat. Selain kuantitas
dan kualitas produk, harga komoditas pertanian harus dijaga stabilitasnya agar
kesejahteraan petani tidak merosot," kata Arinal.
Arinal juga mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut,
kerja sama antara peneliti (akademisi, balai penelitian), praktisi
(perusahaan), danpemangku kebijakan (pemerintah) harus saling terjalin.
"Saya melihat bahwa Forum Seminar Ilmiah dan Kongres
ke-27 PFI ini merupakan salah satu respons positif dalam menjawab tantangan di
atas khususnya dalam bidang penyakit tumbuhan dan pertanian pada umumnya,"
kata Arinal.
Dia berharap, acara ini bisa memberikan kontribusi nyata
untuk menyelesaikan permasalahan pertanian dan petani yang ada di Indonesia
khususnya Provinsi Lampung, sehingga akan terwujud Petani Lampung Berjaya.
Sementara itu Ketua PFI Pusat Joko Prasetyo memaparkan bahwa
Perkembangan era teknologi saat ini telah berhasil mendorong terjadinya
integrasi antara pemanfaatan teknologi dengan keahlian manusia, sehingga
melahirkan gagasan baru, ide baru, dan inovasi dalam semua bidang termasuk
pertanian, kondisi ini akan mendorong sistem pertanian yang lebih efisien,
fleksibel, dan berkelanjutan.
"Dalam bidang fitopatologi perkembangan teknologi tidak
hanya terbatas pada deteksi dan identifikasi penyebab penyakit, pengendalian
penyakit, hubungan penyebab penyakit dengan tanaman inang, tapi juga
pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi dengan internet of thing
untuk mencegah persebaran dan menekan kerusakan serta kerugian akibat adanya
penyakit tumbuhan," terangnya
Lebih jauh Joko Prasetyo juga mengatakan bahwa Seminar
Ilmiah dan Kongres PFI ini merupakan momentum yang penting bagi semua pihak
khususnya warga PFI untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan informasi ilmiah
yang terbaru, khususnya terkait ilmu penyakit tumbuhan.
"Besar harapan kami kegiatan ini memberikan kontribusi
kepada nusa dan bangsa Indonesia yang kita cintai," pungkas Joko Prasetyo.
Rektor Universitas Lampung yang diwakili oleh Wakil Rektor I
Bidang Akademik Suripto Dwi Yuwono mengatakan bahwa permasalahan penyakit tanaman
merupakan salah satu permasalahan yang selalu dihadapi dalam setiap kegiatan
budidaya tanaman, kerugian yang ditimbulkan bahkan dapat mencapai kurang lebih
30%.
Suripto juga mengatakan bahwa penyakit tanaman akan selalu
berubah dan berkembang dinamis mengikuti setiap kegiatan budidaya yang
dilakukan petani, kondisi ini mengharuskan semua pihak untuk menaruh perhatian
terhadap permasalahan penyakit tanaman.
Seminar Ilmiah dan Kongres XXVII Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia ini diikuti oleh 284 orang peserta yang berasal dari berbagai
Provinsi di Indonesia, dengan 126 pemakalah dan 147 beserta non-pemakalah.
Seminar Ilmiah akan dibagi menjadi 3 sesi, dimana setiap
sesi akan diisi oleh pemaparan ilmiah oleh narasumber yang telah berpengalaman
dan kompeten dibidangnya.
Pada sesi 1 diisi dengan pemaparan oleh Menteri Pertanian
Indonesia yang diwakili oleh Kepala PSIP Perkebunan Syafaruddin yang
menyampaikan materi tentang "Modern farming for supporting food security
in Indonesia"
Sesi 2 diisi oleh 3 narasumber sekaligus, yakni oleh Prof Hasriadi
Mat Akin dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dengan materi "Viral
plant diseases: recent status, identification and its management in
Indonesia"
Kemudian Assoc. Prof. Hisae Hirata dari Fakultas Pertanian
Shizuoka University, Japan dengan materi "Bacteriophages for
identification and management of bacterial plant pathogens: Case study on
Peetobacterium"
Dan yang ketiga yakni, Assoc. Prof. Reuel M. Bennett dari
Research Center for Natural and Applied Sciences, University of Santo Tomas,
Philiphines, dengan materi "Recent status and taxonomy of the causal agent
of corn downy mildew".
Adapun pada sesi 3, pemaparan materi dilakukan
oleh 2 narasumber yakni Prof Achmadi Priyatmojo dari Indonesian
Phytopathological Society, yang memberikan pemararan terkait "Indonesian
Phytopathological Society and the development of plant pathology in Indonesia.
Kemudian Ir. Agung Kurniawan dari Executive Director CropLife Indonesia dengan
materi "Educating farmer on the wise use of pesticides: challenges towards
eco-friendly agricultural system in Indonesia.