Miliarder farmasi Baru dan ketimpangan tercipta dari Vaksin Covid19

Monologis.id- kebutuhan dan pengadaan Vaksin Covid-19 telah menciptakan setidaknya sembilan miliarder baru setelah nilai saham perusahaan yang memproduksi suntikan tersebut melonjak. Seperti dilansir dari Cnn.com (jumat 21/5/2021)
Daftar Pertama miliarder baru adalah CEO Moderna (MRNA) Stéphane Bancel dan Ugur Sahin, CEO BioNTech (BNTX), mereka telah memproduksi vaksin dengan merek Pfizer (PFE).
Kedua CEO tersebut sekarang bernilai sekitar 4 miliar US dollar, menurut para analis dari People's Vaccine Alliance ( aliansi Vaksin untuk Rakyat), sebuah kelompok kampanye yang terdiri dari Oxfam, UNAIDS, Global Justice Now, dan Amnesty International.
Eksekutif senior dari CanSino Biologics China dan investor awal di Moderna juga telah menjadi miliarder akibat harga saham yang meroket, akibat kinerja dari keuntungan yang diperoleh dari vaksin Covid, hal ini merupakan sebuah kondisi dan prospek bagus untuk masa depan perusahaan. Analisis ini disusun menggunakan data dari Daftar Kaya Forbes.
Harga saham Moderna telah naik lebih dari 700% sejak Februari 2020, sementara BioNTech telah melonjak 600%.
Stok CanSino Biologics naik sekitar 440% dibandingkan periode yang sama.
Vaksin Covid-19 dosis tunggal perusahaan telah disetujui untuk digunakan di China pada bulan Februari 2021 lalu.
Aktivis dari aliansi vaksin untuk rakyat tersebut mengatakan bahwa akibat kekayaan tersebut terdapat ketimpangan yang sangat mencolok akibatkan pandemi ini.
Sembilan miliarder baru itu dengan total nilai kekayaan mereka 19,3 miliar US dollar, cukup untuk memvaksinasi penuh sekitar 780 juta orang yang ada di negara-negara berpenghasilan rendah, kata juru bicara mereka Anne Marriot.
"Para Miliarder ini adalah keuntungan besar yang diperoleh banyak perusahaan farmasi dari monopoli (Paten) yang mereka pegang pada vaksin ini," tambah Anne Marriott, yang juga
manajer kebijakan kesehatan Oxfam.
"Vaksin ini didanai oleh uang publik (rakyat) Maka harus menjadi barang publik secara global bukan menjadi keuntungan pribadi," tambahnya.
Laporan yang disampaikan oleh aliansi vaksin untuk rakyat tersebut, bertepatan dengan KTT Kesehatan Global G20 yang berlangsung pada hari Jumat (21/5/2021).
Dalam KTT tersebut para pemimpin dunia diharapkan untuk membahas pembebasan hak kekayaan intelektual (paten) pada vaksin dalam situasi pandemi ini.
Sementara Presiden AS Joe Biden telah mendukung langkah pembebasan (paten) itu.
yang menurut para pendukung kebijakan ini, akan membantu memperluas pasokan vaksin secaraa global serta mempersempit kesenjangan vaksinasi antara negara kaya dan miskin.
Namun para Penentang, seperti Jerman. Berpendapat bahwa melindungi kekayaan intelektual (Paten) sangat penting terkait soal karya inovasi. Mereka juga menambahkan bahwa menghapus paten tidak akan meningkatkan pasokan vaksin secara berarti, karena kapasitas produksi yang terbatas dan bahan baku vaksin yang tidak mencukupi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada 87% dari dosis vaksin telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas, sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2%.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan Jumat (21/5), kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan bahwa memvaksinasi 60% populasi global hingga pertengahan 2022 akan menelan biaya 50 miliar US dollar.
Di tempat lain dalam KTT tersebut, Albert Bourla, CEO Pfizer. Mengatakan dengan margin keuntungan mendekati 30%, mereka akan terus mengambil untung dari vaksin tersebut, sebab perusahaannya menanggung semua risiko untuk investasi dan riset pengembangan terus menerus senilai 2 miliar US dollar.
Pihak BioNTech mengakui mereka menerima 325 juta euro dari pemerintah Jerman untuk pengembangan vaksin, sehingga pihaknya berkomitmen untuk memasok vaksin kepada negara-negara berpenghasilan rendah dengan vaksinnya,
“Paten Bukanlah kendala dalam meningkatkan distribusi global vaksin, karena sebab utama dalam konteks ini adalah proses yang kompleks dari manufaktur pabrik jadi factor penentu agar pasokan vaksin global bisa lebih luas dan banyak” tambah mereka.
BioNTech sendiri menghasilkan laba bersih sebesar 1,1 miliar euro dalam Q1 tahun ini. Dan sebagian besar diperoleh karena penjualan vaksin Covid-19, dibandingkan dengan kerugian yang mereka peroleh sebesar 53,4 juta euro untuk periode yang sama tahun 2020 lalu.
Miliarder lainnya memperoleh Penjualan vaksin Covid-19 yang meningkat pesat adalah CanSino Biologics, AstraZeneca (AZN), sementara Johnson & Johnson (JNJ) mengatakan akan memberikan vaksinnya secara nirlaba, selama dunia terus menderita pandemi.