Kritis Pasca-Melahirkan, Warga Wayharu Dievakuasi ke Puskesmas Menggunakan Tandu
PESISIR BARAT-Amsiyah (32) warga Pekon (Desa) Waytiyas, Kecamatan Bangkunat, Pesisir Barat, terpaksa dievakuasi dengan menggunakan tandu menuju Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Bangkunat lantaran mengalami kritis pasca-melahirkan, Selasa (3-12-2024) kemarin.
Kepala UPTD Puskesmas Bangkunat, Maria Susanti, mendampingi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pesisir Barat, Wike Wijayanti, mengungkapkan bahwa istri dari Zulto Ahyadi itu melahirkan pada Pukul 04.30 WIB kemarin dengan pertolongan orang pintar (dukun).
"Terpaksa dibantu dukun karena pihak keluarga tidak bisa menghubungi bidan, mengingat Wayharu merupakan wilayah terisolir sehingga untuk jaringan komunikasi juga tidak. Sedangkan jika bidan harus disusul cuaca sedang ekstrem seperti hujan disertai angin kencang sehingga akses jalan pun sangat sulit dilalui yang membuat tidak memungkinkan jika bidannya harus disusul pada waktu subuh saat itu," ungkap Maria, Rabu (4-12-2024),.
Namun, lanjut Maria, pihak keluarga tetap berupaya menjemput bidan agar ibu melahirkan bisa mendapat penanganan tenaga medis. Sekitar Pukul 08.30 WIB bidan tiba di kediaman pasien dan menemukan bayi sudah lahir, namun ari-ari bayi belum berhasil dikeluarkan.
"Melihat kondisi itu bidan langsung mengambil tindakan dengan memasang infus kanan dan kiri serta berupaya melahirkan ari-ari bayi, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena ari-ari terlalu lengket," kata Maria.
Persis sekitar Pukul 09.30 WIB, pasien dibawa menuju Puskesmas Bangkunat dengan menggunakan tandu yang digotong oleh masyarakat setempat secara berdamai-ramai dan bergantian hingga menempuh perjalanan kaki kurang lebih selama lima jam.
"Sekitar Pukul 15.00 WIB pasien tiba di Puskesmas Bangkunat dan langsung dilakukan rujukan dan sekitar Pukul 17.30 WIB tiba di Rumah Sakit Mitra Husada, Pringsewu," jelas Maria.
Ia menandaskan, berdasarkan hasil komunikasi dengan pihak keluarga, pasien sudah menjalani tindakan kuretase untuk mengeluarkan sisa ari-ari yang tertinggal, serta sudah mendapatkan transfusi darah sebanyak empat kantong. "Alhamdulillah kondisi pasien sudah membaik dan masih dalam perawatan," pungkas Maria.
Sementara itu Kepala Dinkes, Wike Wijayanti tak menampik jika tidak maksimalnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di empat pekon di wilayah Wayharu disebabkan oleh akses jalan yang sangat buruk. "Kondisi tersebut berakibat terhadap minimnya fasilitas-fasilitas kesehatan di wilayah Wayharu," tegas Wike.
"Bukankah masyarakat Wayharu juga bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Akan tetapi fakta dilapangan justru berbanding terbalik," imbuh Wike.
Kendati begitu, Wike juga mengungkapkan bahwa Pemkab Pesibar hingga saat ini masih terus berupaya dengan segala cara agar cita-cita merdekanya masyarakat Wayharu bisa terwujud.
"Karenanya kami berharap agar semua pihak yang memiliki kewenangan dan kebijakan tentang tembok yang membelenggu Wayharu agar bisa bersama-sama berupaya membuka keterisoliran Wayharu, agar masyarakat bisa merasakan kesejahteraan dan pelayanan kesehatan yang juga maksimal," tukas Wike.