Hari Mangrove Sedunia 2023: Ekowisata Peluang Baru untuk Konservasi

LAMPUNG TIMUR - Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Way Sekampung (BPDAS WSS) bersama
Pemerintah Provinsi Lampung menyelenggarakan kegiatan tanam mangrove dan
diskusi interaktif dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia di Kecamatan
Pasirsakti, Lampung Timur, Rabu (26/7/2023).
Kegiatan yang diadakan di kawasan hutan register 15 KPH
Gunung Balak ini diikuti oleh berbagai pihak terkait. Termasuk Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung, akademisi, komunitas
pariwisata, serta beberapa organisasi lingkungan.
Menurut Kepala BPDAS WSS, Idi Bantara, hutan mangrove
memainkan peran penting bagi masyarakat di sekitarnya.
"Seiring dengan peringatan Hari Mangrove Sedunia tahun
2023, para peserta diajak untuk turun ke lapangan dan bersatu dalam upaya
pelestarian ekosistem mangrove serta pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan ekowisata mangrove," kata Idi Bantara.
"Dalam kegiatan ini, kami juga memperkenalkan penanaman
mangrove dengan metode rumpun. Kelebihannya satu rumpun ini terdiri dari 25
batang. Lebih kuat dan tidak rontok. Kalau menggunakan rumpun akan tahan ombak
dan tahan angin, tidak mudah roboh," Idi Bantara memaparkan.
Kedepannya, dengan model rumpun ini semoga bisa menjadi
solusi mangrove di Indonesia. Tanam model rumpun ini, Idi menambahkan, sudah
dilakukan di Sumber nadi, Ketapang, Pasir Sakti.
"Tanaman mangrove akan relatif lebih aman dibanding
dengan yang ditanam satu persatu. Kalau ditanam satu persatu, bisa tercabut
kalau terkenal ombak,†jelasnya.
Lebih lanjut, Idi menjelaskan, ada banyak kenikmatan yang
bisa diperoleh dari Mangrove. Tanpa mangrove, di sini tidak akan ada ikan
bandeng, kerang, kepiting, dan lainnya.
"Mangrove Lampung ini sudah membantu banyak nelayan.
Ada banyak dampak positif yang bisa dirasakan masyarakat. Dan tanam model
rumpun ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal dan
menanam mangrove secara langsung" imbuhnya.
"Dan kelestarian mangrove bukan hanya bermanfaat bagi
nelayan dan daerah pesisir saja, tapi jadi tumpuan harapan warga bumi dalam
menurunkan suhu dari pemanasan global. Semua pihak bisa terlibat, termasuk
wisatawan,†tutupnya.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Kehutanan yang diwakili oleh
Kabid Pengelolaan DAS dan RHL Awal Budiantoro, menyambut baik semangat berbagai
komunitas mangrove di berbagai sentra mangrove di Lampung.
"Ada banyak komunitas mangrove di Pesawaran, Lampung
Selatan, dan Lampung Timur. Dengan kesadaran yang semakin meningkat, diharapkan
luas mangrove di daerah ini akan semakin bertambah. Sehingga dapat melindungi
daratan di belakangnya dari gempuran abrasi. " ujar Awal.
Lebih lanjut, Awal menyampaikan bahwa ekosistem mangrove
yang luas akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat. Seperti yang sudah
terbukti di Desa Sriminosari yang berhasil menjadi salah satu pemasok kepiting
dan kerang hijau untuk Kota Bandar Lampung.
"Semakin luas mangrove, masyarakat sekitar akan semakin
banyak menerima manfaat ekonomi. Selain ini, kedepan bisa mengembangkan
ekowisata mangrove,†kata Awal
"Yang sudah kelihatan salah satunya adalah Wisata
Pandan Alas di Desa Sriminosari. Mudah-mudahan semangat kawan-kawan dalam
mengembangkan potensi mangrove sebagai ekowisata bisa terus berlangsung,â€
ucapnya.
Selain Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Lampung, turut hadir dalam kegiatan ini antara lain; Ketua dan Pengurus
Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Lampung; Kepala BPKH Wilayah XX
Bandar Lampung; Kepala BPHL Wilayah VI Bandar Lampung; Kepala Balai Taman
Nasional Way Kambas; Kepala Seksi BKSDA Bengkulu.
Serta mahasiswa jurusan Kehutanan, Faperta Unila; mahasiswa
Prodi Rekayasa Hutan ITERA, mahasiswa PS Teknik Lingkungan Universitas
Malahayati, pemerhati lingkungan, Generasi Pesona Indonesia, WALHI, WATALA,
dan Mitra Bentala.