COVID-19 vs Herd Immunity vs Vaksin

COVID-19 vs Herd Immunity vs Vaksin

Oleh: Andi Desfiandi*

Saat ini sudah lebih dari 1,9 juta diseluruh dunia yang positif tertular COVID-19 dengan 125.951 meninggal dari data resmi WHO, mungkin angka sebenarnya lebih dari 3 kali lipat karena tidak ketahuan atau artinya sekitar enam juta yang tertular.

Tiongkok yang sebelumnya dianggap sangat sukses menghentikan penyebaran COVID-19 kembali melaporkan ada 100 kasus baru disana.

Pertanyaannya kenapa hal itu bisa terjadi padahal kota- kota disana sudah kembali membuka isolasinya ? Jawabannya mungkin penyebabnya karena dibukanya kembali isolasi kota/negaranya ditengah pandemi dibelahan dunia lainnya masih menyebar sangat cepat dan kembali virus tersebut kembali masuk ke tiongkok.

Kota atau negara yang mampu mengatasi penyebaran virus tersebut disinyalir karena mereka disiplin melakukan isolasi dan masyarakatnya juga disiplin mentaati protokol yang sudah ditetapkan.

Tanpa isolasi secara disiplin diseluruh dunia sepertinya akan hampir mustahil virus tersebut dihentikan, sampai "herd immunity" tercapai diseluruh dunia (diseluruh dunia bukan hanya 1 negara atau kawasan).

Pertanyaannya kalau dunia hanya mengandalkan kepada "herd immunity" maka sesuai dengan teori Herd Immunity Threshold (HIT) COVID-19 adalah 29-75%.

Artinya minimal 29% penduduk dunia harus terinfeksi dulu atau sekitar 2,2 miliar penduduk dunia yang terinfeksi, dan kalau 3% saja tingkat kematiannya maka akan ada setidaknya enamenam juta yang meninggal.

Apabila hal tersebut terjadi maka kematian akibat COVID-19 akan melebihi korban "flu spanyol" yang terjadi 100 tahun yang lalu.

Kemudian apa yang harus dilakukan dunia menghadapi skenario terburuk tersebut?

Vaksin adalah satu- satu nya cara tercepat dan termurah untuk menghentikan penyebaran COVID-19, semakin cepat vaksin tersebut ditemukan maka makin cepat peradaban dunia pulih walaupun mungkin dengan tatanan baru.

Hal kedua yang harus dilakukan oleh dunia adalah bersatu tanpa reserve atau tanpa syarat untuk menyetop penyebarannya dengan melupakan segala perbedaan dan kepentingan.

Masing-masing negara harus diisolasi/dikarantina dan negara yang kuat membantu yang lemah dan begitu juga sebaliknya hingga vaksin bisa ditemukan atau kemudian virus tersebut hilang dengan sendirinya karena sudah tidak menemukan inangnya. Walaupun sepertinya sangat kecil kemungkinannya karena konon virus tersebut sangat cepat dan mudah bermutasi.

Bagaimana dengan negara dan daerah di Indonesia ? Hal yang sama juga perlu dilakukan.

Dimana seluruh elemen masyarakat mulai dari pemerintah pusat, daerah, swasta, tokoh, ulama, hingga masyarakat terbawah bersatu dan fokus melawan COVID-19.

Hilangkan seluruh perbedaan dan kepentingan dan semua bersatu padu melawan penyebaran covid-19 di bumi pertiwi.

Pemerintah pusat membantu pemerintah daerah dan masyarakat, daerah yang kaya membantu daerah yang miskin, tenaga medis dan relawan membantu pasien, masyarakat kaya membantu masyarakat miskin, ilmuwan membantu dengan ilmunya, ulama membantu umatnya agar taat, tokoh membantu masyarakat, perusahaan membantu karyawannya, masyarakat membantu masyarakat lainnya dan pemerintah dan seterusnya.

Semua pihak berkontribusi apapun baik materi, tenaga, pikiran, perasaan bahkan jiwa untuk melawan musuh bersama yaitu COVID-19 karena tanpa itu sangat sulit untuk bisa memenangkan perang melawan virus ini.

Mari kita bersatu dan bersama melawan peperangan ini, jangan lagi saling menyalahkan atau saling serang dengan segala macam alasan pembenaran apalagi sekedar cari panggung.

Kita semua punya musuh yang sama yang sama-sama harus kita lawan..

Kita semua harus berihtiar sungguh-sunggu dan berdoa agar Allah Tuhan kita segera mengangkat wabah ini dari muka bumi.

Karena bukan kita saja yang saat ini menderita dan kesulitan tapi juga saudara-saudara kita lainnya diseluruh muka bumi ini...

Wallahualam

 

#bersatulawancovid19

#stopcacimakidankeluhkesah

#bersatukitamenang

*Ketua Bidang Ekonomi DPP Pejuang Bravo Lima