Kado Terindah Obat COVID-19, Kinerja BIN TNI AD dan Unair

Oleh : Khairi Fuady *)

“Kepanikan adalah separuh penyakit. Ketenangan adalah separuh obat. Dan Kesabaran adalah awal dari kesembuhan”

Kalimat di atas adalah sebuah adagium populer yang konon diambil dari kalam seorang ilmuwan muslim tersohor, pakar ilmu kedokteran asal Persia, Ibnu Sina. Sebuah kalimat yang kembali viral dan mendunia lantaran jagad bumi hampir lumpuh diserang wabah korona. Ia semacam menjadi mantra penenang sekaligus penyemangat bagi penduduk bumi agar tak gagap menghadapi pandemi.  

Tak terkecuali di negeri yang tanahnya subur ini. Dari hari ke hari data jumlah korban terinveksi COVID-19 terus menanjak hingga angka ratusan ribu, dan menelan ribuan korban jiwa. Tak ayal, seorang pakar Ilmu Intelijen asal Universitas Indonesia, Surya Fermana, menegaskan bahwa selain ancaman Separatisme dan Radikalisme, ancaman COVID19 juga sebuah problem maha serius yang berdampak bukan hanya pada persoalan kesehatan, namun juga berdampak sistemik kepada ancaman krisis ekonomi.

Oleh karena itu lah wajar jika dalam beberapa bulan terakhir, seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh negara, diarahkan kepada proses penanggulangan wabah COVID19. Mulai dari alih fungsi anggaran, sampai penyesuaian-penyesuaian program. Bahkan institusi negara yang fungsinya adalah ihwal pertahanan dan keamanan, seperti BIN, TNI, dan Polri, semua diarahkan kepada agenda dan kerja-kerja penanggulangan COVID.

Sementara pakar sempat ada yang melayangkan kritik. Kenapa misalnya institusi seperti BIN malah menjalankan fungsi untuk menggelar Rapid Test dan bagi-bagi masker, hand sanitizer, dan sebagainya. Begitu juga TNI dan Polri. Namun kini kritik tersebut seolah terjawab dengan ditemukannya obat Korona setelah dilakukan kerja bersama antara BIN, TNI, dan para peneliti dari Universitas Airlangga.

Sebagaimana maklum, salah satu fungsi dan tugas pokok Badan Intelijen adalah Early Warning dan Early Detection, peringatan dan deteksi dini. Maka pada bab ini lah BIN dan TNI bekerja dengan benar, bahwa persoalan ini tak bisa hanya ditanggulangi di hilir saja, namun juga dari hulu permasalahannya. Artinya, kampanye memakai masker, handsanitizer, dan jaga jarak juga harus dibarengi dengan upaya serius bagaimana agar penyakit ini ditemukan obatnya.

Atas alasan di atas lah Jenderal Budi Gunawan dan Jenderal Andika Perkasa tak bergeming jika mendapat komentar miring tentang kenapa seolah-olah BIN dan TNI mengurusi persoalan ini melebihi Kementerian Kesehatan. Sebab mereka sadar betul bahwa persoalan ini punya multiple effect, baik itu dalam konteks kesehatan, ekonomi, dan bahkan juga keamanan.

Syaifullah Tamliha, Anggota Komisi 1 DPR RI juga menguatkan bahwa keterlibatan TNI dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID 19 memang merupakan salah satu kegiatan Operasi Militer Selain Perang (OPMS), dan hal tersebut tak bertentangan dengan undang-undang. Bahkan Boni Hargens, analis politik yang juga Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) menegaskan bahwa justru TNI, BIN, dan Polri lah ujung tombak penanganan COVID 19, karena konsistensi dan keseriusan mereka dalam bekerja.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa selaku Wakil Ketua I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menyampaikan bahwa obat korona itu ditemukan saat tim melakukan upaya penyembuhan terhadap seribuan prajurit TNI AD yang terpapar korona di Sekolah Calon Perwira (Secapa) di Bandung, Jawa Barat. 

“Jadi sesuai dengan laporan hasil penelitian yang disampaikan oleh Ketua Tim Pelaksana Riset Unair bahwa semuanya sudah memenuhi syarat saint riset yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sehingga ini bisa dikatakan temuan kombinasi obat pertama untuk menyembuhkan COVID-19”, terangnya.

Syahdan. Dalam momentum jelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ini, kita patut bersyukur, dan bahkan wajib bersyukur. Bahwa perjuangan kolektif untuk menemukan obat dari sebuah penyakit yang mewabah ini, kini sudah menemukan titik terang. Sebab sepanjang jalan perjuangan itu, kita semacam berada di dalam lorong gelap nan panjang.

Namun kita terus berjalan sembari bergandeng tangan, saling menggenggam, hingga perjalanan menemukan secercah cahaya. Sebuah kado terindah pada momentum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Terima kasih kepada para dokter, tenaga medis, peneliti, BIN, TNI, Polri, dan semua yang berdedikasi penuh dalam ikhtiar penanggulangan wabah ini.

Heal the world, make it better place

For you and for me and the entire human race

There are people dying if you care enough for the living

Make a better place for you and for me

(Michael Jackson, 1992)

 

*) Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Paramadina