Pemkot Bandarlampung Catat Rekor MURI Sekubal Terbesar di Dunia

Pemkot Bandarlampung Catat Rekor MURI Sekubal Terbesar di Dunia
Foto: Nurbaiti/monologis.id

BANDARLAMPUNG-Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung mencatatkan Rekor Dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk sekubal terbesar yang pernah dibuat.

Rekor ini tercatat dengan nomor 12294/R/MURI/7/2020 dan menjadi kebanggaan baru bagi masyarakat Lampung dalam mempromosikan kuliner tradisional ke kancah internasional.

Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri mengatakan, ini merupakan sekubal terbesar yang pernah ada.

“Kami persembahkan dengan penuh hormat kepada Wali Kota Bandarlampung. Rekor ini resmi kami catat sebagai pajangan rangkaian sekubal (terumba) terbesar di duni. Hidangan tradisional khas Lampung itu terumba memiliki panjang 25 meter dengan diameter 25 sentimeter,” ujarnya, saat menyerahkan piagam MURI di Tugu Adipura, Bandarlampung, Minggu (27-7-2025).

Wali Kota Bandarlampung, Eva Dwiana, mengatakan bahwa sekubal ini merupakan rangkaian HUT ke-343 Kota Bandarlampung.

“Dalam rangkaian HUT ke-343 Kota Bandarlampung, kita membuat sekubal terbesar yang pernah dibuat, dengan panjang 25 meter dan berdiamater 25 sentimeter. Di mana yang memiliki arti diambil dari tahun ini yakni 2025,” katanya.

Ia menyebut pencapaian ini bukan hanya soal rekor, tetapi simbol dari gotong royong seluruh warga kota.

“Ini hadiah dari masyarakat. Dari ASN-nya, pamongnya, tokoh masyarakat, sampai anak-anak yang luar biasa. Semua bersatu untuk mengangkat budaya Lampung,” ujarnya.

Eva berharap rekor MURI sekubal tersebut dapat menjadi ikon budaya, yang diharapkan bisa jadi representasi Lampung di level nasional dan internasional.

“Kami ingin budaya Lampung dikenal lebih luas. Bukan hanya sekubal dan siger, tapi juga tarian, musik, sampai kulinernya,” ucapnya.

Eva mengapresiasi antusiasme masyarakat yang hadir. Ia berharap akan ada lebih banyak lagi rekor yang bisa diraih lewat budaya dan kuliner khas Lampung.

“Walaupun kita kota besar, kita tetap bangga dengan warisan daerah. Dari sekubal, nanti bisa ke tapis, siger, bahkan tarian khas kita,” ujarnya.

“Pencapaian ini jadi bukti bahwa melestarikan budaya lokal bukan hanya soal nostalgia, tapi juga bisa mendunia jika dikelola dengan kolaboratif dan kreatif,” pungkasnya.