Knowledge dan Know-How

Knowledge dan Know-How
Sebuah Kondisi Fabrikasi dengan Peralatan Modern yang membutuhkan Kemampuan SDM Tinggi (Foto:Istimewa)
Pengetahuan dan keinginan belajar jadi suatu pemicu kemajuan
Oleh : Erizely *)
Ada teman saya beli mesin minuman kemasan dari China. Dia kaget dalam spec mesin kapasitas 10.000 krat sehar/line Tetapi nyatanya outputnya hanya 3.000. Setelah komplen itu, pihak penjual mesin bawa pekerja China hanya 3 orang. Satu line mesin itu hanya dikerjakan oleh 3 orang pekerja China. Hasilnya mencapai 10.000 krat. Semua pekerja menyaksikan itu semua. Teman saya kaget. Padahal pekerjanya 30 orang, tetapi hanya mampu menghasilkan output 3000 krat. Apanya yang salah? . Padahal para pekerja itu sudah di training semua. Bahkan supervisor dikirim ke CHina untuk mempelajari cara menjalankan mesin.
3 pekerja itu jadi supervisor selama sebulan. Mereka awasi pekerja 30 orang itu. Kalau ada kesalahan, mereka diamkan saja. Hanya dilihat saja. Mereka perhatikan, sikap pekerja ketika ada kesalahan. Ada yang belajar dari kesalahan dan berusaha kreatif agar tidak salah lagi. Dan outputnya meningkat. Ada pekerja yang salah, dia memilih lebih hati hati agar tidak salah. Outpun malah turun. Mereka perhatikan semua. Setelah beberapa hari, dari 30 orang yang berkualitas hanya 5 orang. Kemudian 25 orang disuruh tidak bekerja tetapi menonton saja. Hasilnya 5 orang itu bisa menghasilan output 10.000 krat/line.
Pimpinan pabrik memberikan tambahan upah kepada 5 orang itu. 25 orang dialihkan ke pekerjaan lain yang tidak perlu skil dalam sistem ban berjalan. Gaji mereka hanya UMR. Setelah itu proses produksi jadi lancar. Outpun sesuai target. Padahal semua pekerja itu masuk dengan qualifikasi sama. Sama sama tamat SMU. Usia mereka relatif muda. Di training sama. Sama sama ikut berproses. Tetapi hasilnya beda. Mengapa?
Pengetahuan atau knowledge itu bisa didapat dari kampus, sekolah, training. Tetapi itu hanya pengetahuan. Hanya alat saja dan tidak menjamin dalam aplikasi bisa sehebat pengetahuan. Agar pengetahuan bisa diaplikasi secara sempurna, anda perlu know how atau skill tahu bagaimana. Know how itu didapat dari pengalaman. Dari pengalaman itu anda akan tahu kesalahan, kegagalan, Apakah langsung punya know how? Tidak. Masih diperlukan kereatifitas dan pemahaman terhadap kesalahan dan kegagalan itu. Dalam bahasa mesra disebut dengan “ hikmah”.
Artinya diperlukan kemampuan belajar sendiri atas hikmah itu. Makanya “ belajar sendiri” disebut juga kemampuan spiritual. Punya mental positip. Kemampuan bersabar melewati proses, pantang menyerah. Tekun, focus kepada tujuan. Kemauan terus belajar. Ingat, Tuhan tidak minta kita berilmu. Tetapi berakal. Agama tanpa akal, itu omong kosong. Mengapa? Hanya akal bisa mendapatkan ilmu hikmah.
Kalau anda tidak berani berproses dengan menghadapi resiko gagal dan salah, anda tidak akan dapatkan hikmah. knowledge atau pengetahuan itu akan membuat anda frustasi. Frustasi, karena merasa sudah mampu tetapi kenyataan lain. Anda bisa terjebak kehilangan arah dan mulai mengeluh apa saja. Gagal dan salah membuat anda kecewa dan paranoid. Sehingga ada peluang, anda sikapi negatif. Apalagi peluang belum jelas, anda akan hindari. Akibatnya anda tidak mengerjakan apa apa. Dan tidak akan jadi apa apa. Bukan siapa siapa.
 
*) Praktisi Bisnis dan Blogger Aktif