Semua tahu bahwa peran negara dan politik sangat besar mempengaruhi kesejahteraan rakyat, Lantas apa jadinya, apabila negara atau pemerintah tidak melaksanakan tugasnya mensejahterakan rakyat? Kekuatan apa yang bisa menekan pemerintah agar patuh kepada standar moral dan sosial?
Oleh : Erijely *)
Semua tahu bahwa peran negara dan politik sangat besar mempengaruhi kesejahteraan rakyat. Dalam sistem demokrasi, legitimasi kekuasaan semakin kokoh. Karena ketika pemimpin dan wakil rakyat terpilih lewat pemilu, maka dia sudah menjadi wakil Tuhan. Disebut otoritas dan otonom. Menjadi penentu lahirnya UU dan menerapkan hukum atasnama keadilan. Lantas apa jadinya, apabila negara atau pemerintah tidak melaksanakan tugasnya mensejahterakan rakyat? Kekuatan apa yang bisa menekan pemerintah agar patuh kepada standar moral dan sosial?
Paska kejatuhan Lehman, telah lahir pemikiran pembaharuan dalam dunia invetasi. Terutama dari kalangan para financial player dan investor. Mereka terpanggil untuk ikut bertanggung jawab terhadap kehidupan dunia yang lebih adil dan ramah lingkungan. Apa itu? ESG (environment, social, and good governance). Apa yang dimaksud dengan ESG. Sederhana saja. Ini adalah standar kepatuhan. Setiap investasi harus mengutamakan standar moral, kepentingan sosial ekonomi masyarakat dan menjaga lingkungan.
Investor ( institusi dan private) menjadikan ESG sebagai standar kepatuhan dalam hal berinvestasi dimana saja. “ Kami punya uang dan suka suka kami tentukan aturan. Kalau pemerintah tidak peduli dengan ESG ya sudah goodbye “. Team Riset ESG membuat detail perusahaan yang melanggar ESG dan termasuk elite politik yang dianggap culas, yang membuat rezim tidak pro rakyat dan lingkungan. Data itu dipublis kepada semua investor. Jadi semacam black list. Sekali kena black list, tamat dah.
Tesla datang ke Indonesia untuk investasi. Namun akhirnya gagal. Karena Indonesia salah satu negara yang menolak ESG. Tesla tidak berani. Kalau dia paksakan berinvestasi. Maka investor akan mengundurkan diri. Pasti proyek Kendaraan listrik tidak akan terealisir.
Keberadaan ESG telah banyak menghukum pemerintah dimana saja. Bahkan dijantung kapitalisme seperti AS, Eropa, investor hengkang pergi ke negara yang mau mematuhi standar ESG. Di negara Sosialis seperti Venezuela, walau kaya Minyak. Investor ESG lemparkan telur busuk kepada rezim. Mata uang VES jadi sampah.
Jadi ESG adalah koreksi total terhadap New world order Era dalan konsesus Washington, yang derivat nya adalah globalisasi dan borderless. Dari tahun 2012 sampai tahun 2018 saja, total kenaikan nilai investasi berstandar ESG secara global mencapai 170,48%. Angkanya dari USD 11,35 triliun menjadi USD 30,7 triliun.
Di Asia saja jumlah investor yang tergabung dengan standar ESG ada 5000. Mereka menjadikan dirinya sebagai simbol yang humanis dan menghindari gaya hidup hedonisme. Kekuatan mereka melintasi batas politik. Mengapa ? Kini 90% kekuatan kapital dunia ada pada mereka.
Cerita saya Soal ESG Di Indonesia
Ada teman saya marah dan kesal kepada saya. Bahkan dia bilang kepada saya bahwa Engga serius berinvestasi di Indonesia. “ Kamu hanya playing the game. Bilang aja tidak ada uang” Katanya. Saya diam saja. Semua detail business, bidang apa saja. Saya kuasai. Saya cepat sekali tahu bahwa proyek itu melanggar ESG. Hanya kejar rente, Jadi engga usah provokasi soal uang dibalik proyek itu. Saya tidak berinvetasi cari uang. Saya berinvestasi mencari nilai. Apa ukurannya? moral.
Saya harus pastikan proyek itu tidak berdampak kepada kerusakan lingkungan. Punya dampak sosial yang positip bagi lingkungan dimana proyek berada. Skema perizinan dilaksanakan tidak korup. Lihatlah limbah smelter di Sulawesi dan kerusakan lingkungan tambang nikel, sangat mengerikan. Sampai kini tidak ada aturan jelas yang menghukum pelanggaran standar lingkungan itu. Lihatlah kesejahteraran rakyat yang ada disekitar Kebun Sawit. Tidak berubah secara significant. Sementara pengusaha semakin tajir.
China adalah negara yang menolak standar ESG. Namun dalam regulasinya mereka menerapkan standar ESG. Itu sangat konsisten. Banyak konglomerat dihukum karena melanggar standar ESG. Jack Ma terjerembab bukan karena politik. Itu karena dia melanggar standar ESG. Bisnisnya tidak memberikan dampak sosial luas kepada stakeholder. Bisnisnya telah menjadi monopoli yang merusak standar moral. Raja property jatuh. Karena dia membangun real estate dengan harga yang jauh dari kemampuan rakyat kebanyakan.
“ Kalau pengusaha ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, lebih bermoral. Tidak perlu jadi politisi dan tidak perlu mendekati elite politik. Cukup patuhi standar ESG. Mari bersatu. Mari sama sama kita hukum oligarki politik yang pro kepada oligarki bisnis.
Ingat, tidak ada kekuasaan dalam sistem demokrasi yang bisa bertahan kalau likuiditas direct investment tidak ada. Growth jatuh. Mengapa? ketika financial resource berkurang. Penguasa akan merampok uang rakyat itu sendiri untuk bertahan. Dan mereka akan dijatuhkan oleh rakyat sendiri. Saat itu akan muncul pemimpin baru yang amanah dan bukan mereka yang hanya omong kosong. “ kata teman waktu kami ngobrol di Financial Club.
*) Praktisi Bisnis dan Blogger Aktif. Tulisan di sadur dari laman FP Penulis