Clue Kepemimpinan Adaptif Di Era Vuca

Oleh: M Arief Pranoto

Di Era Revolusi Industri 4.0 --Era 4.0-- yang bercirikan VUCA, perubahan adalah keniscayaan. Entah struktural, instrumental kultural, metode dst. Itu pasti. "Segala sesuatu berubah, satu-satunya yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri" (Herakleitos, 540 - 480 SM).

Tak boleh dipungkiri, pada Era 4.0 hampir semua sisi kehidupan mutlak kudu berubah. Entah berubah secara total-radikal, misalnya, atau separuh-separuh ataupun berubah sedikit saja. Akan tetapi, ada yang tetap atau lestari -- yakni selain perubahan itu sendiri, juga 4 (empat) aspek kehidupan yakni kasih sayang, keadilan, silahturahmi dan local wisdom di masing - masing entitas. Empat aspek ini hanya penebalan atas ujaran Herakleitos di atas.

Di sini tidak dibahas soal keimanan manusia karena selain ia adalah sisi kebebasan hakiki dalam kehidupan, juga sifatnya nafsi-nafsi.

Kenapa empat aspek yang harus lestari?

Kebersamaan, contohnya, terutama kepemimpinan. Ya. Kepemimpinan tanpa kasih sayang adalah nonsens. Ia cendurung kering dan kepemimpinan tersebut bakal berujung kedzaliman serta menciptakan ketidakadilan. Banyak contoh baik di masa lalu maupun kini; 

Pun juga keadilan. Kehidupan (apalagi kepemimpinan) bila tanpa keadilan akan merusak sistem (keseimbangan) dan sistem itu sendiri nantinya justru akan merusak manusia serta lingkungannya. Ibarat bumerang. Akan timbul gejolak (sosial) di sana-sini. Seandainya gejolak itu pun "dibungkam" serta terbungkam sekalipun, justru dapat memunculkan gejolak yang lebih besar lagi dahsyat berupa gejolak (bencana) alam; 

Demikian pula aspek silahturahmi. Selain merupakan ajaran langit, silahturahmi mampu mencairkan kebekuan kondisi dan terselip beragam hikmah bagi kehidupan manusia; 

Sedang local wisdom, ia merupakan penyaring nilai-nilai asing yang belum tentu cocok di suatu habitat tertentu, ataupun penyaringan konsep dan kebijakan. Local wisdom dianggap sebagai linking pin --- pasak penyambung antara masa lalu, masa kini dan ke depan. 

Oleh karena itu, di Era 4.0 ini, perlu dirumuskan serta dikembangkan sebuah model kepemimpinan adaptif dan inspiratif untuk berinteraksi dengan unsur-unsur VUCA yakni volatility (bergejolak), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas) dan ambiguity (ketidakjelasan) -- VUCA ini aspek eksternal di satu sisi, dan kepemimpinan harus merawat unsur keabadian di internal di sisi lain, seperti kasih sayang, keadilan, local wisdom, silahturahmi dst.

Inilah clue kepemimpinan adaptif di Era 4.0 yang berwatak VUCA.

Dirgahayu Indonesia ke-75, bangkit dan jayalah bangsaku!

SAJAK KEMERDEKAAN

Siapa berani bilang, meraih kejayaan Indonesia ini melalui "notonegoro", sedang di sekitar matahari masih banyak orang yang "notoboto"?

Maka kemerdekaan ini jangan sekedar seremonial, tetapi bergerak maju dengan benar.

Negara ini butuh kebenaran bukan cuma sekedar seremonial.