Setelah 37 Tahun Vakum, Pendidikan Wofle Akhirnya Kembali Digelar di Maybrat

Setelah 37 Tahun Vakum, Pendidikan Wofle Akhirnya Kembali Digelar di Maybrat
Foto: Eddwin Charles Fatie/monologis.id

MAYBRAT - Setelah sekian lama berada pada masa kevakuman bahkan tidak berjalan hampir 37 tahun lamanya, pendidikan budaya orang Maybrat yang dikenal dengan "Wuon atau Wofle" akhirnya mulai digelar saat ini di beberapa wilayah atau zona di Kabupaten Maybrat, Papua Barat.

Kedua wilayah itu yakni wilayah Aifat berpusat di Kampung Kumurkek, dan Aifat Utara berpusat di Kampung Ayawasi.

Koordinator Pendidikan Wuon Wilayah Aifat Utara Philipus Fanataf mengatakan Wuon merupakan salah satu didikan inisiasi budaya yang paling pertama bagi orang Maybrat sejak dulu sebelum mereka mengenal adanya Agama dan Tuhan.

"Kita orang orang Maybrat pada jaman dulu itu sebelum adanya Agama dan gereja atau bahkan Tuhan, yang kita tahu dulu itu Wuon yang didik orang jadi baik dan bijak tetang alam, hanya melalui pendidikan inisiasi itu baru belakangan kita tahu tentang agama dan Tuhan," kata Philipus, Minggu (02/05).

Kepala Distrik Aifat Utara ini mengatakan, warisan budaya yang sakral ini jika terus dibiarkan begitu saja maka dikhawatirkan akan hilang dengan sendirinya, apalagi orang-orang tua yang menyimpan ilmu tersebut sekarang sudah berada pada usia-usia usur semuanya.

"Maka kalau kami tidak lakukan barang ini nanti orang tua tua kami yang tahu ilmu pendidikan ini meninggal trus siapa lagi yang bisa lanjutkan ini, oleh karena itu kami mengumpulkan mereka orang ini kami harus lakukan pendidikan ini di Aifat Utara" jelasnya.

Philipus menjelaskan, pendidikan Wuon sendiri kurang lebih ada 8 macam cabang seperti wuon Mos, Wuon Wii, Wuon Tohmi, Wuon Intape, dan lain lain, dari jenis jenis itu didikannya pun agak sedikit beda beda meski satu tujuan yakni bersujud kepada sang pencinta alam semesta.

"Jadi ini ada macam macam, yang sekarang di Ayawasi ini Wuon Mos, ada wuon wii, tohmi, ada wuon intape, itu saja yang bisa saya sebut, kurang lebih ada delapan," ujarnya.

Sementara syarat untuk masuk mengikuti didikan tersebut, Dia mengatakan prioritas hanya pria dengan usia minimal 12 sampai 13 tahun keatas dengan waktu didikan di dalam hutan berlangsung selama kurang lebih 8 sampai 9 bulan bahkan 1 tahun.

Dirinya berharap ada dukungan penuh dari pemerintah daerah Kabupaten Maybrat maupun masyarakat setempat berupa bama kepada para guru ataupun anak didik yang tengah menempuh ilmu di hutan.

Selaku pimpinan, Philipus juga berjanji akan berupaya semaksimal mungkin guna memenuhi segala kebutuhan selama proses pendidikan tersebut berlangsung hingga selesai.

"Jadi untuk sementara dukungan pertama disini orang tua sudah kirim mereka punya anak ikut pendidikan, yang kedua masyarakat disini juga sudah memberi apa yang mereka punya seperti makanan atau apa saja demi mereka disana," sebut Fanataf.

"Ini benar-benar kami mau menyelamatkan pendidikan ini, karena dialah (wuon-reed) inilah yang pertama menyelamatkan manusia di Maybrat sebelum barang lain," pungkas Philipus.

Menurut informasi sementara yang dihimpun monologis.id, peserta yang terdata mengikuti pendidikan wuon di Ayawasi sejak pendaftaran dibuka sebanyak 8 orang, sementara di kumurkek berjumlah 5 orang, diperkirakan jumlah akan meningkat dalam beberapa hari kedepan.