Panen Komoditas dan Lemahnya Permintaan Memicu Deflasi di Periode Lebaran

BANDARLAMPUNG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Mei 2020 mengalami deflasi sebesar 0,29% (mtm), lebih dalam dari capaian bulan lalu 0,17% (mtm), dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Mei dalam 3 tahun terakhir yaitu sebesar 0,52% (mtm).
Dilihat dari sumbernya, deflasi di periode lebaran ini dipicu oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring masuknya masa panen untuk beberapa komoditas dan lemahnya permintaan.
Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandarlampung dan Kota Metro pada Mei 2020 tergolong rendah dan masing-masing menempati urutan ke-86 dan 89.
Sejalan dengan hal tersebut, inflasi gabungan Provinsi Lampung berada di bawah inflasi Sumatera sebesar 0,29% (mtm) dan dari inflasi Nasional sebesar 0,07% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,64% (yoy), atau relatif lebih terkendali dibandingkan inflasi Nasional yaitu sebesar 2,19% (yoy) meskipun masih berada di atasinflasi Sumatera yaitu sebesar 1,22% (yoy).
“Sebagaimana bulan sebelumnya, deflasi yang terjadi pada Mei2020 didorong oleh terkendalinya tekanan harga pada kelompok makanan,minuman dan tembakau (-1,59%; mtm). Komoditas beras memberikan andil deflasi sub kelompok makanan terbesar yaitu -0,17%, diikuti komoditascabai merah, bawang putih, telur ayam ras, dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar-0,15%, -0,10%, -0,09% dan -0,06%,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan, melalui keterangan tertulis yang diterima monologis.id, Senin (15/06).
Dalam keterangan tertulisnya Budi menjelaskan, deflasi yang terjadi pada sub kelompok makanan khususnya komoditas beras terjadi seiring dengan panen raya padi di beberapa daerah sentra produksi di Lampung. Komoditas cabai (cabai merah dan rawit) juga tercatat mengalami deflasi yang disebabkan oleh tidak optimalnya penyerapan oleh masyarakat ditengah banyaknya stok cabai karena telah memasuki musim panen. Turunnya permintaan juga turut mendorong penurunan harga telur ayam ras.
Sementara itu, pasokan yang meningkat seiring telah masuknya impor turut mendorong penurunan harga bawang putih.
Meski demikian, deflasi yang lebih dalam pada periode Mei 2020 tertahan oleh inflasi yang terjadi pada sebagian komoditas diantaranya bawang merah, telepon seluler, angkutan udara, daging ayam ras dan minyak goreng dengan andil masing-masing sebesar 0,06%, 0,06%, 0,04%, 0,04% dan 0,02%.
“Harga bawang merah tercatat kembali menyumbang inflasi yang disebabkan oleh menurunnya jumlah pasokan seiring dengan baru masuknya masa panen di beberapa sentra produksi pada akhir bulan. Sementara itu, permintaan terpantau meningkat khususnya pada saat menjelang hari raya Idulfitri. Harga daging ayam ras terpantau juga mengalami kenaikan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan memasuki Idulfitri, sementara harga jual yang rendah pada periode sebelumnnya berpengaruh kepada berkurangnya ketersediaan pasokan,” jelasnya.
Sebagaimana pola musimannya, tarif angkutan udara naik pada periode menjelang hari raya Idulfitri meskipun terdapat imbauan larangan mudik untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Sementara itu, harga telepon seluler naik, antara lain disebabkan oleh keterbatasan produk impor akibat belum pulihnya aktivitas produksi, dan strategi perusahaan untuk mempertahankan margin di tengah permintaan yang turun.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak goreng disebabkan oleh kenaikan harga dari pemasok seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Idulfitri.