Mabuk Agama: Memangnya Agama itu Narkoba?

Oleh: M Arief Pranoto
Arti 'mabuk' di KBBI: 1 berasa pening atau hilang kesadaran (karena terlalu banyak minum - minuman keras, makan gadung dst); 2 berbuat di luar kesadaran; lupa diri; 3 sangat gemar (suka); 4 tergila-gila; sangat berahi dst.
Nah, keterangan poin 1, 2, 3 dan 4 di atas kita breakdown agar lebih jelas mengenai unsur-unsur mabuk, antara lain:
1 masuknya zat/benda ataupun unsur dari luar ke dalam tubuh secara berlebihan;
2 lupa diri akibat kemasukan zat/benda/unsur luar baik yang sifatnya fisik maupun nonfisik (psikis);
3 berbuat di luar kesadaran.
Minum contohnya, atau makan, ketika dilakukan secara berlebih-lebihan (lupa diri) akan mengakibatkan 'mabuk'. Timbul pening, misalnya, sakit perut atau mual dst. Bila sudah sampai drmikian kondisinya, barangkali mengkonsumsi makanan halal pun bisa menjadi haram jika sampai mabuk. Apalagi mengkonsumsi makanan haram?
Demikian juga untuk hal-hal psikis seperti suka kepada wanita secara berlebihan, aku tak bisa hidup tanpamu! Ini contoh saja, ia bisa disebut mabuk jika orang tersebut sampai lupa (diri) kepada ibu bapak, anak istri dll mabuk cinta istilahnya, atau mabuk kepayang, sekonyong-konyong koder. Apalagi sampai bunuh diri jika merasakan pahitnya bercinta. Dalam agama, itu dilarang. Haram.
Mungkin uraian di atas masih kurang detail. Terlalu singkat atau tidak memuaskan. Silahkan ditambahkan sendiri ataupun didiskusikan agar tidak ada syak wasangka.
Sesuai judul, sekarang ke diksi 'agama'. Ya. Di KBBI, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama itu dari bahasa sanksekerta. A = tidak; gama = rancu atau kacau. Siapa menjalankan agama secara benar maka bakal tidak rancu/kacau baik dalam logika, rasa, pandangan hidup dst. Singkat kata, orang beragama itu hidupnya tidak akan kacau. Namun kalau beragama tetapi masih rancu atau kacau, hal itu bukan salah agama tetapi manusianya kemungkinan 'salah membaca' ajaran - ajaran agama.
Di Islam, bila orang beragama tetapi masih plin-plan disebut munafik; atau beragama namun suka melanggar segala aturan itu namanya murtad; atau orang beragama tetapi tak percaya diri, tidak dipercayai oleh lingkungan disebut kafir. Selanjutnya orang yang percaya diri, dipercaya oleh anak buah, atasan, anak istri dan dipercaya oleh lingkungan itulah orang beriman. Itu penjelasan dalam makna horizonal, bukan makna vertikal (mutlak) yang menjadi area kawasan Tuhan.
Dalam Islam, ada empat golongan manusia, yaitu: 1) munafik, 2) kafir, 3) murtad dan 4) beriman. Tidak ada istilah dan/atau tak ada yang lain selain empat golongan di atas.
Ketika muncul istilah 'mabuk agama' dan viral maka pertanyaannya selidiknya: "Termasuk golongan manakah 'mabuk agama' itu; kelompok munafik, murtad, kafir atau golongan beriman?"
Ya. Asymmetric war (perang nirmiliter) yang berpola isu - tema atau agenda - skema, mengajarkan: bahwa isu ditebar untuk memancing reaksi publik alias test the water; kemudian agenda diluncurkan guna membentuk opini publik. Apabila berhasil, publik menerima dan isu tersebut dianggap benar adanya; dan terakhir ditancapkan skema. Dalam geopolitik, narasi skema biasanya terkait (geo) ekonomi, namun dalam permainan politik praktis, paling minimal ialah meraih pintu masuk menuju kekuasaan.
Dengan demikian, secara asymmetric, maraknya tagar 'mabuk agama' merupakan isu awal. Pintu pembuka bagi agenda yang hendak dibentuk di benak publik. Pembahasan singkatnya, bahwa mabuk itu identik dengan candu, narkoba atau miras. Maka analisa prematurnya, bahwa kuat diduga, agenda yang akan dibentuk di publik antara lain: 1) agama itu narkoba, 2) agama itu miras, 3) agama adalah candu. Itulah sinyalir agenda jika isu mabuk agama semakin viral di publik.
Dari dari paparan ini, tercium bau sangat menyengat darimana sumber isu 'mabuk agama" berasal dan bermula.
Di Bumi Pertiwi ini, masih banyak kembang sore dan bunga-bunga sedap malam ...