Inflasi Lampung Diprakirakan Lebih Tinggi Jelang Ramadan

Inflasi Lampung Diprakirakan Lebih Tinggi Jelang Ramadan
Kepala BI Lampung, Budiharto Setyawan

BANDARLAMPUNG- Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Lampung memperkirakan tekanan inflasi akan lebih tinggi seiring merebaknya covid-19 serta menjelang Ramadan dan Idulfitri.

Kepala BI Lampung, Budiharto Setyawan mengatakan, ada beberapa risiko inflasi yang perlu dimitigasi. Diantaranya ptotensi gangguan produksi yang mempengaruhi sisi pasokan.

“Beberapa produsen, baik di Lampung maupun di luar Lampung, telah menyatakan adanya pengurangan shift produksi. Akses distribusi logistik akibat banjir di beberapa daerah serta pembatasan wilayah di beberapa daerah juga memberikan dampak langsung maupun tidak langsung, terutama pada jalur distribusi kebutuhan pokok yang disebabkan oleh merebaknya wabah covid-19,” kata Budiharto, Jumat (03/04).

Risiko selanjutnya, lanjut dia, adalah terganggunya pasokan sejumlah komoditas impor seperti gula pasir dan bawang putih akibat covid-19. Kemudian meningkatnya permintaan akibat antisipasi kepanikan masyrakat untuk memenuhi kebutuhan pangan akibat covid-19 dan menjelang Ramadan.

Beberapa komoditas bahan pokok yang seringkali naik pada periode HBKN, yakni cabai merah, bawang merah, beras, daging ayam ras, daging sapi, bawang putih dan gula pasir.

“Menyikapi perkembangan saat ini dan risiko tekanan harga ke depan,KPw BI Provinsi Lampung memandang risiko kenaikan tekanan inflasi khususnya yang bersumber dari gejolak harga pangan perlu terus diwaspadai,” ungkapnya.

Langkah-langkah yang diupayakan BI untuk menjaga inflasi yang tetap rendah dan stabil yakni, pentingnya pemantauan harga harian dan perbandingan harga dengan daerah lain untuk melihat perkembangan harga yang terjadi dan melakukan intervensi kebijakan yang diperlukan.

Kemudian pengendalian kenaikan harga komoditas yang tidak wajar.

“Intervensi pemerintah sangatlah penting. Intervensi dapat dilakukan khususnya untuk komoditas yang diproduksi dan tercatat surplus pasokannya di Lampung, seperti gula pasir, beras, daging ayam, telur ayam dan minyak goreng,” ujarnya.

Langkah selanjutnya pendataan yang akurat oleh TPID dan Satgas Pangan terkait jumlah persediaan komoditas strategis, serta penguatan komunikasi terkait persediaan pasokan dan rencana pemenuhan pasokan sehingga dapat memberi ekspektasi positif bagi masyarakat, sekaligus himbauan untuk berbelanja secara bijak.

Ia menambahkan, perlunya memastikan kelancaran kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) oleh Bulog serta peningkatan pemanfaatan stok beras Bulog untuk program kartu sembako, sehingga ketersediaan pasokan beras diluar musim panen dapat terus terjaga.

“Menjaga koordinator aktif dengan asosiasi yang menaungi transportasi maupun operator trasnportasi di daerah agar distribusi pasokan bahan pangan dapat menjadi prioritas di tengah pembatasan akses di sejumlah daerah.”jelasnya.

Langkah terakhir adalah meningkatkan intensitas koordinasi antar TPID pembatasan akses di sejumlah provinsi/kabupaten/kota melalui kerjasama antar daerah dalam hal pemenuhan komoditas pangan strategi menghadapi risiko meningkatnya permintaan masyarakat, khususnya untuk komoditas bahan pokok.