Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Corona Provinsi Aceh Bentuk Tim Kerja

BANDA ACEH-Eleman masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Corona Provinsi Aceh resmi membentuk tim kerja, Senin (30/03), usai dilakukan pertemuan melalui teleconference di aplikasi zoom .
Sebanyak 15 orang ikut dalam teleconference yang dipandu Ramzi Adriman tersebut menyepakati membuat aplikasi pendataan warga di setiap gampong (desa) yang ada di Aceh terhadap orangg dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG) covid-19
Inisiator Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Corona Provinsi Aceh Yazir Akramullah menegaskan, pihaknya akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam masa tanggap darurat karantina wilayah ini berlangsung.
“Kita tidak boleh terlena dan tinggal diam menghadapi ketidaksiapan pemerintah Aceh dalam menghadapi bencana ini. Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Corona menawarkan model penanganan bencana berbasis gampong. Bahwa gampong lebih tahu siapa masyarakatnya yang ODP, siapa masyarakatnya yang PDP, juga tahu siapa pekerja harian yang terhenti kerja akibat wabah, tahu kesiapan logistik gampong bila memang menghadapi kondisi terburuk dan sebagainya,” kata Yazir.
Sebagai tindakan kongkritnya, kata dia, Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Corona menargetkan bahwa pada 5 April sudah punya based data yang diinput dari 6.497 gampong, begitu juga keuangan.
“Bila masing-masing gampong menghibahkan Rp10 juta buat penanganan wabah yang bisa dipakai untuk pembelian Rapid Tes, APD dan penyediaan fasilitas di rumah sakit khusus covid-19. Kita akan punya Rp60 Miliar lebih dalam waktu seminggu, atau bila 2 juta perokok di Aceh dan perantauan menyumbang setengah bungkus rokoknya setiap hari buat dana hibah penanganan korona, maka seminggu kedepan kita akan punya Rp140 miliar yang bisa kita gunakan langsung buat mempersiapkan rumah sakit khusus dan berbagai keperluan diatas,” tegasnya.
Pada teleconference juga membahas dan membentuk tim kerja dua hal, yakni data dan publikasi dan penggalangan dana bantuan penanganan wabah covid-19.
Selanjutnya gerakan relawan ini akan berkoordinasi dengan Pemerintah Aceh, Pangdam dan Kapolda guna mensupport Pemerintah Aceh dalam penanganan krisis penyebaran wabah covid-19 khususnya di Aceh melalui relawan siaga di tingkat gampong.
Yazir juga mengatakan, dalam susunan yang sederhana penanganan wabah penyakit dilakukan melalui tiga cara; pertama adalah memeriksa masyarakat secara massal. Kedua mengisolasi dan mengobati yang sakit. Kemudian yang ketiga membatasi keluar masuk masuk wilayah atau memastikan orang dan atau barang yang masuk wilayah Aceh tidak terjangkit covid-19.
Memberlakukan physical distance tujuan utamanya adalah memperpendek pergerakan virus selama proses tahapan pertama dan kedua dilakukan. Namun bila pemberlakuan physical distance ditambah lagi pemberlakuan jam malam tanpa dibarengi dengan langkah kongkrit menyelesaikan tahapan pertama dan kedua sama dengan menggali kuburan massal.
Dalam situs resminya, per 29 Maret pukul 15.00 WIB, Pemerintah Aceh mempublikasi ada 567 orang total ODP selama darurat korona di Aceh. Padahal arus masuk orang dari wilayah yang terpapar korona dari jalur udara dan darat setiap harinya mencapai ribuan, belum lagi yang pulang ke kampung dari "jalur belakang" jalur laut dimana semuanya mesti dimasukkan dalam ODP.
Ketidaksiapan Pemerintah Aceh dalam menghadapi wabah juga ditunjukkan dengan belum ada nya rumah sakit khusus covid-19. Rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani covid-19 sampai hari ini juga kekurangan APD bagi petugas medis.
Hal ini berakibat pada tidak semua PDP bisa ditampung dan dirawat dirumah sakit sehingga PDP kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa membuat penyebaran virus semakin tidak terkontrol.