Ekonomi Lampung Triwulan I 2020 Melambat

Ekonomi Lampung Triwulan I 2020 Melambat
Direktur KPw BI Provinsi Lampung Budiharto Setyawan

BANDARLAMPUNG - Pandemi COVID-19 yang mulai merebak pada awal tahun 2020 di Tiongkok dan menyebar ke berbagai negara, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Lampung.

Pada triwulan I tahun 2020,  pertumbuhan ekonomi Lampung tumbuh sebesar 1,73% (yoy), jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 (5,07%; yoy) dan periode yang sama tahun 2019 (5,21%;yoy). Kinerja perekonomian yang memburuk ini disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan kinerja negatif sektor eksternal.

Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat (4,53%; yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi pemerintah dan investasi tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2019, yakni masing-masing 1,46% (yoy) dan 1,52% (yoy). Dari sisi eksternal, kinerja ekspor terkontraksi sebesar-7,93%(yoy), begitu pula impor yang terkontraksi sebesar -4,03% (yoy).

Namun demikian, penurunan importer sebut belum mampu mengimbangi ekspor yang terkontraksi lebih dalam.

Direktur KPw BI Provinsi Lampung Budiharto Setyawan menjelaskan, secara sektoral, perlambatan ekonomi Lampung triwulan I 2020 disebabkan oleh penurunan kinerja di hampir semua Lapangan Usaha (LU). Sektor primer terkontraksi dipengaruhi oleh penurunan pertumbuhan LU pertanian, kehutanan dan perikanan (-2,84%; yoy).

Di sisi lain, sektor sekunder dan tersier masih tumbuh positif meskipun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Lampung berada dibawah pertumbuhan Sumatera dan Nasional yang masing-masing tumbuh3,25% (yoy) dan 2,97% (yoy).

“Dibandingkan dengan sepuluh provinsi di Sumatera, Lampung berada pada peringkat ke-8, turun signifikan dibandingkan dengan peringkat Lampung pada Triwulan I 2019 dan keseluruhan tahun 2019 yang tercatat pada peringkat ke-3 dan ke-2 tertinggi di Sumatera,” jelasnya, Kamis (21/05).

Lebih jauh ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga, yang memiliki pangsa terbesar yakni 63,17% terhadap perekonomian Lampung, tumbuh sebesar 4,53% (yoy) pada triwulan I 2010, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,32%; yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh normalisasi konsumsi masyarakat pasca periode Natal dan Tahun Baru serta penurunan daya beli masyarakat seiring penyebaran COVID-19 yang mulai terjadi pada pertengahan Maret 2020.

Penurunan daya beli masyarakat tersebut salah satunya tercermin dari penurunan rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dari 100,53 pada triwulan IV 2019 menjadi 96,72 pada triwulan I 2020.

Sementara itu, kontraksi terjadi pada konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yakni sebesar -1,08% (yoy) dipengaruhi perilaku wait and see ketidakpastian pelaksanaan Pilka datahun 2020, yang kemudian berdasarkan Perppu No 2 Tahun 2020 ditunda pelaksanaannya menjadi Desember 2020.

Perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni 1,46% (yoy).

Sebagaimana pola tahunannya, konsumsi pemerintah cenderung lambat pada awal tahun.

“Kinerja investasi pada triwulan I 2020 masih tumbuh positif, meskipun relatif lebih lambat dibandingkan rata-rata pertumbuhan investasi di periode yang sama selama tiga tahun terakhir (4,15%; yoy). Investasi tercatat tumbuh sebesar 1,52% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebesar 1,07% (yoy). Sebagai mana pola tahunannya, pertumbuhan investasi relatif rendah pada awal tahun. Selain itu, perilakuwait and see akibat penyebaran COVID-19 turut menahan keputusan investasi perusahaan. Hal ini tercermin pada perlambatan kredit investasi (lokasiproyek) dari 25,55% (yoy) pada triwulan  IV 2019 menjadi 14,69% (yoy)  pada triwulan I 2020,”paparnya.

Selain itu, perlambatan ekonomi juga dipengaruhi oleh kinerja negatif sektor eksternal. Ekspor neto tercatat mengalami kontraksi sebesar -253,63%(yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh positif 12,04% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh kontraksi ekspor yang lebih dalam dibandingkan impor yang juga tercatat mengalami kontraksi.

Pada triwulan I 2020, ekspor terkontraksi sebesar -7,93% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 27,44%(yoy). Penurunan ekspor terutama disebabkan oleh menurunnya volume ekspor batubara, CPO, dan berbagai produk kimia. Selain itu, tren harga batu bara terpantau mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2019 akibat penurunan permintaan global.

Sejalan dengan ekspor, impor yang tercatat tumbuh positif pada triwulan IV 2019 (16,05%; yoy) juga mengalami  kontraksi sebesar -4,03% (yoy) pada triwulan I 2020. Penurunan impor terjadi pada komoditas kacang kedelai, pupuk  kimia, dan pakan ternak. Sementara itu, peningkatan impor terutama terjadi pada komoditas gula dan produk turunan gula lainnya serta produk kimia organik.

Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi Lampung pada triwulan I 2020 disebabkan oleh penurunan kinerja di hampir semua lapangan usaha (LU).

Kinerja sektor primer terkontraksi sejalan dengan penurunan LU pertanian, kehutanan, dan perikanan (-2,84%; yoy) dan LU pertambangan dan penggalian (-1,50%; yoy). Terkontraksinya LU pertanian, kehutanan dan perikanan antara lain disebabkan oleh pergeseran masa tanam disesuaikan dengan kondisi cuaca sehingga periode panen mengalami kemunduran.

Sementara itu, sektor sekunder tumbuh melambat didorong oleh perlambatan pada semua LU. LU industri pengolahan tumbuh melambat (1,41%; yoy) dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan permintaan global dan domestik akibat COVID-19. LU pengadaan listrik, gas dan produksi es juga tumbuh melambat (3,45%; yoy), terkonfirmasi dari pertumbuhan jumlah penggunaan KVA energi yang lebih rendah dari 7,19% (yoy) pada triwulan lalum enjadi 7,10% (yoy).

Perlambatan juga terjadi pada sektor tersier antara lain dipengaruhi oleh perlambatan LU perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (2,68%; yoy) sejalan dengan normalisasi konsumsi masyarakat pasca HBKN natal dan tahun baru serta terbatasnya aktivitas masyarakat.

Perlambatan di sektor ini tercermin pada perlambatan kredit LU perdagangan besar dan eceran dari 4,07% (yoy) pada triwulan IV 2019 menjadi0,62% (yoy) pada triwulan I 2020.

Di sisi lain, LU administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan LU jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maisng-masing sebesar 3,92% (yoy) dan 7,72% (yoy), sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas kesehatan dan aktivitas sosial terkait wabah Demam Berdarah dan COVID-19.