Ada Harta Karun, Status Area Lumpur Lapindo Milik Siapa?

JAKARTA - Semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi sejak 29 Mei 2006 lalu ternyata kini terindikasi mengandung 'harta karun' mineral kritis dan juga 'harta karun' super langka alias logam tanah jarang atau rare earth element (RRE).
Lantas, bagaimana dengan status area lumpur Lapindo saat ini? Apakah masih menjadi milik Lapindo Brantas, Bakrie Group, atau sudah dialihkan ke pemerintah?
Perlu diketahui, sebelumnya area lumpur Lapindo ini masuk ke dalam Wilayah Kerja (WK/ Blok) migas Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.
Ananda Arthaneli, Corporate Secretary Minarak Group, mengatakan bahwa untuk tanah dan bangunan di area lumpur Lapindo yang merupakan bagian dalam Peta Area Terdampak (PAT) 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi sesuai yang diatur Perpres 76 tahun 2015 dan diatur dalam Perjanjian Dana Antisipasi.
Dia pun menegaskan bahwa tanah lumpur Lapindo itu kini bukan lagi masuk ke dalam Blok migas Brantas. Seperti diketahui, pada 3 Agustus 2018 lalu Kementerian ESDM sendiri telah memberikan perpanjangan kontrak untuk blok migas atau WK Brantas, sehingga bisa beroperasi hingga tahun 2040.
"Saat ini kami masih berdiskusi dengan pemerintah terkait dengan settlement. Tanah Lumpur Sidoarjo tersebut saat ini bukan merupakan bagian dari Blok Brantas," tuturnya dikutip CNBC Indonesia, Senin (24/1/2022).
"Kalau untuk tanah dan bangunan dalam PAT 22 Maret 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ adalah milik PT MLJ, namun merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi. Sampai saat ini terkait settlement kami masih melakukan diskusi dan kordinasi dengan pihak pemerintah," paparnya
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengungkapkan bahwa pihaknya sudah sejak tahun 2020 melakukan penyelidikan atas 'jeroan' lumpur Lapindo yakni mineral logam tanah jarang dan juga mineral kritis atau Critical Raw Material (CRM). Namun dia menyebut, kandungan mineral kritis ini diperkirakan jumlahnya lebih besar daripada logam mineral tanah jarang.
"Tahun 2020 penyelidikan di sana, dan teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo. Dan ada indikasi logam tanah jarang ini, selain logam tanah jarang ada logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari logam tanah jarang," ungkapnya saat konferensi pers, Jumat (21/1/2022).
Seperti diketahui, logam tanah jarang memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini, antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.
Lumpur Lapindo juga terindikasi memiliki 'jeroan' lainnya/ Yakni sumber energi super langka yaitu yaitu potensi logam raw critical material yang jumlahnya besar dan melebihi kapasitas logam tanah jarang di. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono.
Eko Budi Lelono mengungkapkan bahwa pihaknya sudah sejak tahun 2020 melakukan penyelidikan atas 'jeroan' lumpur lapindo yakni mineral logam tanah jarang itu. 'jeroan' lainnya adalah logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar daripada logam mineral tanah jarang itu.
"Tahun 2020 penyelidikan di sana, dan teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo. Dan ada indikasi logam tanah jarang ini, selain logam tanah jarang ada logam raw critical material yang jumlahnya lebih besar dari logam tanah jarang," ungkapnya saat konferensi pers, Jumat (21/1/2022).
Seperti diketahui, logam tanah jarang memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini, antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.
Berdasarkan data survei Badan Geologi Kementerian ESDM tahun 2009 - 2020, tercatat saat ini untuk logam tanah jarang sendiri terdapat di Tapanuli, Sumatera Utara sekitar 20.000 ton. Lalu, di Bangka Belitung ada mineral monasit yang mengandung logam tanah jarang, dan monasit ini dijumpai bersama endapan timah dengan sumber daya sekitar 186.000 ton.