Webinar dengan Peserta Terbanyak, Unila Raih MURI

Webinar dengan Peserta Terbanyak, Unila Raih MURI
Foto: Istimewa

BANDARLAMPUNG - Universitas Lampung (Unila) meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori Webinar dengan peserta Rektor dan Wakil Rektor terbanyak.

Penyerahan piagam penghargaan secara langsung diberikan Senior Manager Museum Rekor-Dunia Indonesia Awam Rahargo kepada Rektor Unila Prof Karomani, di ruang sidang utama lantai dua Rektorat Unila, Selasa (5/4/2022).

“Perkenankan dengan bangga dan hormat, pada kesempatan hari ini kembali Museum Rekor-Dunia Indonesia menganugerahkan piagam penghargaan. Ini adalah penghargaan kedelapan kalinya untuk Universitas Lampung,” ujar Awam Rahargo.

Diharapkan ke depan MURI akan kembali berkolaborasi bersama Unila yang menjadi salah satu perguruan tinggi maju dan berjaya. “Selamat Pak Rektor,” katanya.

Rektor Unila pada webinar yang diinisiasi Unila bekerja sama dengan Sentra Vidya Utama (Sevima) ini, juga menjadi salah satu narasumber yang berbagi masukan sekaligus inspirasi bagi universitas lain untuk memotivasi para dosennya meraih gelar guru besar.

Fokus pembahasan yang dipaparkan terkait kondisi guru besar di Indonesia hingga strategi Universitas Lampung dalam upaya percepatan guru besar.

Dikatakan Karomani, sulitnya mencapai posisi guru besar disebabkan rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi dosen, lama proses, hingga perubahan regulasi. “Seperti mempublikasikan tulisan di jurnal internasional bereputasi, lamanya proses birokrasi yang harus ditempuh, juga perubahan regulasi,” katanya.

Kendala tersebut mengakibatkan jumlah profesor di Indonesia berdasarkan data Kemendikbudristek 2019, hanya 2% dari total dosen di Indonesia yang mencapai 308.607 orang.

Jika dibandingkan dengan universitas luar negeri seperti Amerika dan Kanada yang memiliki ratusan ribu guru besar, sangat jelas Indonesia masih jauh berada di bawah.

Oleh karena itu Unila mendukung Komisi X DPR RI untuk memberikan masukan kepada menteri mengenai persoalan guru besar ini. Ia berpendapat, jika kampus diberi otonomi yang luas, termasuk menentukan guru besar, maka jumlahnya di Indonesia akan naik.

Adapun berbagai upaya yang dilakukan Unila untuk mempercepat proses penambahan guru besar di antaranya, melakukan manajemen kepemimpinan dan pemberdayaan dosen secara transparan, akuntabel dan jembar.

Kemudian membuat tim percepatan guru besar, melakukan pendampingan, membuat peraturan rektor pemberian insentif dosen, memberi dana penelitian yang cukup untuk para dosen, serta membuat sistem kenaikan pangkat yang akutanbel dan transparan.

Dalam kesempatan tersebut, Karomani juga menekankan bahwa prinsip jembar harus dimiliki setiap pimpinan. Jika manajemen kepemimpinannya tidak jembar maka akan sulit melakukan percepatan guru besar.

“Rahasia Unila, dosen-dosennya bisa cepat jadi guru besar karena kami para pimpinan berusaha memegang prinsip jembar. Mulai dari jurusan, dekan, hingga para wakil rektor, semuanya jembar,” ungkapnya.

Dengan langkah-langkah tersebut, pertambahan guru besar di Unila cukup signifikan dan dalam waktu dekat Kampus Hijau ini akan mengusulkan penambahan guru besar sebanyak 40 orang.