Lewat Double Row dan KUR, Upaya Dinas Pertanian Tulangbawang Barat Sejahterakan Petani Singkong

TULANGBAWANG BARAT - Dinas Pertanian Tulangbawang Barat, Lampung, terus berupaya mendongkrak hasil panen dan pendapatan petani singkong di wilayah tersebut.
"Upaya kita adalah bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung, untuk menggalakkan pola tanam double row guna memaksimalkan lahan dan hasil petani," ujar Kepala Dinas Pertanian Tulangbawang Barat, Syamsul Komar saat mengikuti Focus Group Discussion (FGD) bersama Universitas Lampung secara virtual di komplek rumah Baduy Uluan Nughik, Senin (06/09).
Dikatakannya, pada kondisi eksisting, kinerja usahatani, pemasaran ubi kayu, agroindustri tapioka serta kinerja agribisnis secara keseluruhan di Lampung hingga saat ini memang masih belum optimal. Sehingga model pengembangan agribisnis ubi kayu yang mampu meningkatkan kinerja usahatani sekaligus kinerja pabrik serta kinerja agribisnis ubi kayu secara keseluruhan dengan membangun kerjasama kemitraan berkelanjutan dengan pendampingan pihak ketiga atau Pemda.
Dia menjabarkan, sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris gandal jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam ubi kayu baris pertama (160 cm x 80 cm) dan baris kedua (80 cm x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati ubi kayu di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar.
"Selain itu, diantara barisan berukuran 160 cm itu dapat ditanami juga tanaman lain seperti jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam ubikayu double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit, tetapi hasil bobot dan hasil panen lebih banyak," terangnya.
Upaya selanjutnya adalah Dinas Pertanian juga siap membantu dengan penyuluhan serta memfasilitasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pinjaman modal.
"Kemudian, kita juga akan membentuk suatu koperasi dari gapoktan agar dalam tataniaga pemasaran bisa lebih cepat dan harga lebih baik. Karena sejauh ini banyak masyarakat yang menjual hasil panen biasanya selalu melalui lapak ke agen baru ke pabrik, sehingga biaya kos nya lebih mahal dan banyak pemangkasan," ujarnya.
Kata dia, dengan koperasi gapoktan, maka nantinya mekanisme pemasaran langsung dari Petani ke Koperasi dan langsung ke Pabrik, sehingga mempersingkat tataniaga. Adapun hasil kesepakatan harga singkong di Lampung saat ini minimal Rp900 dengan rafaksi dibawah 15 persen, meskipun di lapangan terkadang berbeda-beda atau fluktuatif, tetapi secara kalkulasinya sama.
"Untuk Tulangbawang Barat, terdapat 25 ribu hektar lahan singkong dengan provitas hasil panen 21 hingga 22 ton per hektar. Dan varietas yang disarankan untuk Tulangbawang Barat adalah Kasesa dengan rekomendasi umur tanam 10 bulan, tetapi untuk lahan nyapah atau di daerah rawa biasanya terpaksa panen pada umur 6 - 7 bulan. Jadi, kita berharap dengan upaya yang kita lakukan ini bisa lebih meningkatkan lagi kesejahteraan petani," imbuhnya.